Friday, February 19, 2010

TAHUN DUKA CITA

TAHUN DUKA CITA

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Terima kasih pengerusi majlis, yang dihormati barisan hakim yang arif lagi bijaksana, Yg berusaha Pegawai Pelajaran daerah Ranau, guru-guru seterusnya hadirin dan hadirat yang dimuliakan.

Syair

Dengarkan sebuah cerita...

Kisah Nabi kita..

Agung namanya

Nabi Muhammad gelarannya...

Sedih hatinya..

Ditinggal selamanya

Dua orang kekasihnya

Dipanggil menghadap-Nya

Wahai kawan-kawan sekalian... tajuk cerita saya pada hari ini ialah Tahun Dukacita Nabi Muhammad SAW.

Tuan-tuan dan puan-puan sekalian.

Nabi Muhammad SAW mengalami tahun dukacita yang menyesakkan dada dan menggundahkan kalbu. Peristiwa dukacita itu adalah wafatnya dua orang yang sangat dicintai dan dikasihi. Pertama, peristiwa wafatnya Abu Thalib, seorang pakcik Nabi, yang memeliharanya sejak kecil, sejak beliau berusia 8 tahun. Pakcik yang senantiasa melindungi dirinya dari berbagai tindakan jahat kaum musyrik Quraisy.

Selama Abu Thalib masih hidup, orang-orang musyrik tidak pernah berani menyakiti Nabi SAW secara berlebihan. Nabi menyatakan : “Orang-orang Quraisy tidak menggangguku yang menyakitkan, sampai tibanya akhir hayat pakcikku Abu Thalib”. Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan Nabi untuk berda’wah menyampaikan kebenaran, senantiasa mendapat perlindungan dari pakcik yang amat dicintainya itu. Abu Thalib adalah seorang pemimpin Quraisy yang amat disegani, serta memiliki karisma yang kuat yang berpengaruh langsung terhadap seluruh lapisan masyarakatnya.

Wahai kawan-kawan ,kita sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini tidak akan kekal selama-lamanya. Kita harus berusaha untuk memajukan diri kita dan mendoakan kehidupan yang aman bahagia kepada mereka yang sentiasa menolong kita supaya berjaya.

Tuan-tuan dan puan-puan sekalian.

Peristiwa kedua, terjadi tidak begitu lama setelah wafatnya Abu Thalib, yaitu wafatnya istri tercinta, Sayyidatina Khadijah al-Qubra. Satu-satunya istri Nabi yang mendampingi perjalanan panjangnya dalam suka dan duka, sejak Nabi berusia 25 tahun. Sayyidatina Khadijah adalah istri yang sangat setia, ia mengorbankan segala apa yang dimilikinya bagi kejayaan Nabi dan agama Islam. Betapa agungnya kasih sayang Nabi terhadap istrinya sehingga beliau mengatakan : “Allah tidak menggantikan bagiku seorang istri seperti Khadijah. Ia orang yang pertama kali beriman, ketika semua orang mendustakan agamaku. Ia seorang yang paling mengasihi dan mencintaiku, ketika orang-orang membenciku. Ia pula yang mengorbankan segala apa yang dimilikinya demi kebesaran agamaku”.

Wahai kawan-kawan, sebaik-baik lelaki ialah mereka yang berbuat baik kepada isterinya dan keluarga. Oleh itu, marilah kita sama-sama menjadi orang yang baik dan beralam soleh. Ucapkan terima kasih kepada mereka selalu.

Tuan-tuan dan puan-puan sekalian.

Peristiwa wafatnya dua orang yang amat dicintai Nabi akhir zaman itu, menandakan terjadinya permulaan dari “tahun dukacita”. Tahun kesedihan dan kesengsaraan yang dirasakan Nabi, keluarga dan para sahabatnya yang sangat setia. Sebaliknya orang-orang kafir Quraisy bagaikan mendapat angin, mereka boleh bertindak secara terang-terangan kepada Nabi SAW, kerana dua orang yang melindunginya telah tiada. Hinaan, cemuhan dan cercaan silih berganti mereka timpakan kepada Nabi yang mulia itu, hari demi hari. Tiada hari yang berlalu tanpa hinaan dan cercaan dari kaum musyrik Quraisy.

Hasutan jahil dan bersikap biadab mereka lakukan kepada Nabi SAW sampai pada perbuatan yang sangat keji sekalipun. Orang-orang Quraisy tidak segan-segan melemparkan tanah atau kotoran pada kepala Nabi, ketika Nabi berjalan atau ketika ia sujud melakukan shalat. Fathimah, putri Nabi lalu membersihkan kepala ayahnya, ia membersihkannya sambil menangis, berlinang air mata. Tak ada yang lebih duka rasanya dalam kalbu seorang ayah daripada mendengar tangis anaknya, lebih-lebih anak perempuan yang baru saja ditinggalkan ibunya.

Nabi Muhammad SAW adalah seorang ayah yang sangat bijaksana dan penuh kasih kepada anak-anaknya. Yang kita lihat dari reaksi beliau terhadap tangisan anak perempuannya, yang merasa sedih dan duka karena malapetaka yang menimpa ayahnya. Peristiwa yang mengharukan itu beliau hadapi dengan kesabaran dan berlapang dada. Semuanya dikembalikan kepada Allah dengan penuh iman dan taqwa. Ia berkata kepada putrinya : “Jangan menangis anakku sesungguhnya Allah akan melindungi ayahmu”.

Wahai kawan-kawan sekalian, jangan kita mencaci atau menghina orang lain kerana Allah swt akan membalasnya di akhirat kelak. Kita harus menolong mereka yang ditimpa musibah.

Tuan-tuan dan puan-puan sekalian.

Ketika tekanan dan penghinaan orang-orang Quraisy terhadap Rasul semakin hebat terlintas olehnya untuk melakukan perjalanan Thaif, berda’wah kepada penduduk negeri itu. Rasul menaruh harapan semoga kaum Thaqif yang menduduki wilayah Thaif yang amat subur dengan udara sejuk itu mau menerima agama Allah SWT.

Penduduk Thaif ternyata amat bengis, mereka menolak kedatangan Nabi SAW, dakwahnya mereka tolak dengan kasar. Demikian kasarnya sikap mereka kepada Nabi, sehingga mereka mengkhianati kebiasaan bangsa Arab, yang selalu menghormati tamunya. Orang-orang Thaif mengusir Nabi dengan kasar, bahkan dilempari dengan batu. Nabi segera menghindari mereka, berlindung di bawah pohon anggur milik Uthbah dan Syaibah. Di tempat itu beliau menengadah ke langit, hanyut dalam suatu doa pengaduan yang sangat mengharukan.

“Wahai Allah Tuhanku, kepada-Mu aku mengadukan kelemahan diriku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku di hadapan sesama manusia. Wahai Allah Yang Maha Kasih dari segala kasih, Engkau adalah pelindung orang-orang yang lemah dan teraniaya. Engkau adalah pelindungku. Tuhanku, kepada siapa Engkau serahkan diriku? Apakah kepada orang jauh yang membenciku atau kepada musuh yang menguasai diriku. Tetapi asal Kau tidak murka padaku, aku tidak perduli semua itu. Kesehatan dan karunia-Mu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya-Mu yang menerangi segala kegelapan, yang karenanya membawa kebahagiaan bagi dunia dan akhirat, daripada murka-Mu yang akan Kau timpakan kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku sehingga Engkau meridhaiku. Tiada daya dan upaya kecuali dari-Mu”.

Wahai kawan-kawan , kita wajib menghormati tetamu. Jika mereka memerlukan bantuan maka bantulah sekadar yang termampu.

Tuan-tuan dan puan-puan sekalian.

Demikianlah kisah nabi kita Nabi Muhammad SAW yang telah ditimpa musibah yang amat pedih. Namun nabi Muhammad saw terus berdakwah untuk mengembangkan agama yang suci, agama Islam.

Wassalam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...