Diriwayatkan dari
Muhammad bin Muhammad bin Makki, ia berkata, “Aku mendengar Abdul Wahid
bin Adam Ath-Thawwisi berkata, ‘Aku mimpi bertemu Rasulullah SAW dan
sekelompok sahabatnya, beliau sedang berhenti di suatu tempat, maka aku
mengucapkan salam dan beliau menjawabnya. Aku bertanya, ‘Kenapa engkau
berhenti, Ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Aku menunggu Muhammad bin
Ismail Al Bukhari.’ Dan setelah beberapa hari datang berita kepadaku
tentang wafatnya Al Bukhari. Setelah aku perhatikan, ia wafat pada waktu
aku mimpi bertemu Rasululah SAW.”
2. Mimpi Utsman bin Affan r.a.
|
Beliau adalah Khalifah Rasyidin, Pemimpin Kaum Muslimin
yang mendapat petunjuk yang ketiga. beliau memiliki gelar Dzun Nurain
karena menikahi dua putri nabi SAW yang salah satunya setelah yang lain
meninggal. Beliau wafat pada tahun 35 H.Diriwayatkan
dari Ummu Hilal binti Waki’, dari seorang istri Utsman, ia berkata,
“Suatu kaum akan membunuhku.” Maka aku berkata, “Tidak, wahai Amirul
Mukminin.” Kemudian beliau berkata, “Sesungguhnya aku bertemu Rasulullah
SAW, Abu Bakar dan Umar di dalam mimpi. Maka mereka berkata,
“Berbukalah bersama kami malam ini.” atau mereka mengatakan,
“Sesungguhnya kamu akan berbuka bersama kami malam ini.”
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Salam, ia berkata, “Aku datang kepada
Utsman untuk menyalaminya, sedangkan ia dalam keadaan dikepung. Aku
masuk menemuinya, maka ia berkata, “Selamat datang wahai saudaraku. Aku
melihat Rasulullah SAW tadi malam di pintu kecil ini. Ia berkata, “Pintu
kecil itu ada di dalam rumah.” Maka beliau (nabi) berkata, “Wahai
Utsman, apakah mereka telah mengepungmu?” Aku menjawab, “Ya.” Beliau
bertanya lagi, “Apakah mereka telah membuatmu haus?” Aku menjawab, “Ya.”
Maka beliau menuangkan cawan besar yang berisi air, kemudian aku
meminumnya sampai kenyang, sampai-sampai aku merasakan dinginnya di
antara dada dan pundakku. Dan beliau SAW berkata, “Jika kamu mau,
berbukalah di rumah kami. Maka aku memilih berbuka di rumah beliau SAW.
Maka kata Abdullah bin Salam, Utsman dibunuh pada hari itu.
(Thabaqat Ibnu Saad & Tarikh, Ibnu Asakir).
3. Mimpi Umar bin Khattab r.a.
|
Beliau adalah Pemimpin Kaum Muslimin setelah
Sayyidina Abu Bakar Shiddiq wafat. Gelarnya adalah Al Faruq yang
artinya pembeda antara yang haq dan yang bathil. Beliau wafat pada tahun
23 H.
Diriwayatkan dari Umar bin Hamzah bin
Abdullah, dari pamannya, Salim dari bapaknya, Umar berkata, “Aku melihat
Rasulullah SAW di dalam mimpi, dimana aku melihat beliau sedangkan
beliau tidak memandangku. Maka aku berkata, “Ya Rasulullah, kenapa aku?”
Beliau bersabda, “Bukankah kamu yang mencium istrimu pada saat kamu
berpuasa?!” Maka aku berkata, “Demi Yang Mengutusmu dengan kebenaran,
aku tidak akan mencium istriku lagi setelah ini saat aku berpuasa.”
(Al Mahalli, Ibnu Hazm).
4. Mimpi Ali bin Abi Thalib r.hum. |
|
|
Beliau adalah adik sepupu Rasulullah SAW
sekaligus menantunya dan termasuk orang yang pertama masuk islam dari
kalangan anak-anak. Beliau adalah Khalifah setelah terbunuhnya Utsman
bin Affan. Julukannya adalah Abu Turab. Beliau wafat pada tahun 40 H
setelah beberapa hari terluka karena tikaman Ibnu Muljam.
Muhammad Sa’ad
menceritakan sebuah riwayat dari Ali ra. Ali berkata, “Sesungguhnya aku
pada malam itu (yaitu saat Ibnu Muljam membunuhnya pada pagi harinya)
membangunkan keluargaku, kedua mataku menguasaiku hingga aku tertidur
saat aku duduk. Maka aku melihat Rasulullah SAW. Dan aku bertanya, “Ya
Rasulullah, kenapa aku menemukan di antara ummatmu orang-oran yang
bengkok dan suka bertengkar?” Rasulullah SAW berkata, “Doakanlah atas
mereka.” Maka aku berdoa,” Ya Allah, gantikanlah perlakuan mereka
terhadapku dengan yang lebih baik bagiku. Dan gantikanlah yang lebih
buruk untuk mereka.”
(Thabaqatul Kubra & Al Manaamat, Ibnu Abi Dunya).
5. Mimpi Hasan bin Ali r.hum |
|
|
Beliau adalah cucu Rasulullah SAW serta pemuka para ahli surga. Beliau wafat sebagai syahid.
Diriwayatkan oleh Filfilah Al Ja’fi, ia berkata,
“Aku mendengar Hasan bin Ali ra. berkata, “Aku melihat nabi SAW
bergelantung di atas Arsy, dan aku melihat Abu Bakar ra. memegang kedua
pinggang nabi SAW serta melihat Umar ra. memegang kedua pinggang Abu
Bakar ra. dan juga melihat Utsman ra. memegang pinggang Umar ra. serta
melihat darah bercucuran dari langit ke bumi.” Maka Hasan menceritaka
mimpi ini pada orang di sekelilingnya (kaum syi’ah), maka mereka
bertanya, “Tidakkah kau melihat Ali?” Hasan menjawab, “Tidak seorang pun
yang paling suka aku melihatnya memegang kedua pinggang nabi SAW
daripada Ali. Akan tetapi ini adalah sebuah mimpi.”
Dari Ishak bin Rabi’, ia
berkata, “Ketika kami sedang di sisi Hasan, tiba-tiba datang seorang
laki-laki seraya berkata, ‘Wahai Abu Said, sesungguhnya semalam aku
melihat nabi SAW di dalam mimpi. Nabi SAW berada di tengah-tengah
Murjiah Bani Salim dalam khalayak ramai, dan diatasnya jubah musim
dingin, kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, Hasan akan
datang. Beliau bersabda, ‘Katakanlah kepadanya, beritakanlah kabar
gembira, kemudian beritakanlah kabar gembira, kemudian beritakanlah
kabar gembira.’ Maka mata Hasan bercucuran air mata, dan ia bersabda,
‘Semoga Allah menetapkan matamu. Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang melihatku di dalam mimpi, maka ia sungguh telah melihatku, dan syetan tidak dapat menyerupaiku.’”
(HR Thabrani & Al Manaamat, Ibnu Abi Dunya).
6. Mimpi Husein bin Ali r.hum |
|
|
Suatu hari Husein bin Ali sedang duduk di depan
rumahnya sambil memeluk pedangnya. Ketika ia menundukkan kepalanya,
saudarinya, Zainab binti Ali mendengar suara teriakan. Ia mendekati
saudaranya, seraya berkata, “Wahai saudaraku, tidakkah kamu mendengar
suara keributan telah mendekat?” Maka Husein mengangkat kepalanya dan
berkata, “Sesungguhnya aku melihat Rasulullah SAW di dalam mimpiku
dimana beliau berkata padaku: ‘Sesungguhnya kamu menuju kepada kami.’
Maka saudarinya itu menjadi bersedih dan berkata, “Alangkah celaka aku!”
Maka Husein berkata, “Kamu tidak celaka, wahai saudariku, tempatkanlah
kasih sayangmu dengan Allah Yang Maha Pemurah.”Tak
lama, Husein gugur di padang Karbala. Seluruh keluarganya habis
terbantai, kecuali seorang anaknya yang bernama Ali yang berhasil
diselamatkan oleh Zainab.
|
Ya Allah, Beri Kami Kekuatan untuk Menghidupkan Sunnah – Sunnah Beliau saw. ! |
7. Mimpi Abu Musa Al Asy’ari r.a. |
|
|
Beliau adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW dari suku Tamim. Beliau juga seorang ahli fikih dan qira’at.
Diriwayatkan oleh Abu Musa
, beliau berkata, “Aku melihat Rasulullah di dalam mimpi sedang berada
di atas gunung. Di sampingnya Abu Bakar. Dan beliau (Rasulullah) sedang
mengisyaratkan Umar untuk datang kepadanya.” Maka aku mengucapkan Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un, dan ternyata benar, Amirul Mukminin Umar
bin Khattab wafat!” Ia (Abu Musa) ditanya, “Tidakkah kamu menulisnya
(mimpi) itu kepada Umar?” Maka Abu Musa berkata, “Tidak selayaknya aku
mengucapkan berbela sungkawa kepada Umar (karena Umar akan bertemu
Rasulullah SAW).”
(Ar Riyadhun Nudhrah fi Manaqibil Asyrah).
8. Mimpi Huzaimah bin Tsabit r.a. |
|
|
Beliau adalah seorang sahabat Rasulllah SAW. Ia
diistimewakan karena kesaksiannya setara dengan kesaksian dua orang.
Beliau termasuk di dalam pasukan Ali dan memperoleh kemuliaan syahid
saat perang Shiffin.
Diriwayatkan oleh Utsman
bin Sahl bin Hanif dan Khuzaimah bin Tsabit, “Bahwa ia bermimpi mencium
dahi nabi SAW. Kemudian ia mendatangi Rasulullah SAW lalu ia
menceritakan mimpinya tersebut. Kemudian Rasulullah SAW
mempersilahkannya, lalu ia pun mencium dahi Rasul.”
(Musnad Imam Ahmad).
9. Mimpi Bilal bin Rabah r.a. |
|
|
Beliau adalah Muazzin di zaman Rasulullah SAW, termasuk
golongan sahabat yang ikut dalm perang Badar. Nabi SAW telah bersaksi
atas penetapannya sebagai ahli surga. Setelah Rasulullah SAW wafat,
karena tak kuat menanggung kesedihan hati akan ingatannya kepada
Rasulullah SAW, Bilal pindah ke negeri Syam.
Bertahun kemudian Bilal melihat Rasulullah
SAW di dalam mimpinya di negeri Syam. Rasulullah berkata, “Kenapa kamu
berlaku tidak ramah, wahai Bilal? Bukankah kini telah datang waktunya
bagimu untuk menziarahiku?” Maka Bilal bangun dalam keadaan bersedih dan
langsung bergegas menuju kota Madinah. ia lalu mendatangi makam
Rasulullah SAW dan disana ia menangis.
Sayyidina Hasan dan Husein datang menghampirinya, kemudian Bilal
memeluk keduanya. Maka Sayyidina Hasandan Husein berkata, “Kami sangat
menginginkan engkau untuk azan di waktu sahur.” Maka demi takzimnya
kepada kedua cucu Rasulullah SAW ia naik ke atap masjid. ketika ia
menyerukan “Allahu Akbar Allahu Akbar” bergetarlah seluruh kota Madinah.
Keluarlah para penduduknya berduyun-duyun ke masjid sambil menangis
tersedu-sedu karena suara Bilal mengingatkan mereka pada kehidupan di
zaman Rasul. Dan tidak pernah disaksikan hari yang lebih banyak
laki-laki dan wanita menangis daripada hari itu.
Seminggu kemudian Bilal wafat.
(Asadul Ghabah, Ibnu Atsir).
10. Mimpi Abul Mawahib Asy-Syadzili r.a. |
|
|
Beliau memiliki nama lengkap Syaikh Muhammad Abul
Mawahib Asy-Syadzili, murid dari Syaikh Abu Sa’id Ash-Shafrawi. Beliau
adalah seorang ulama besar yang pernah mengajar di Universitas Al Azhar,
Mesir. Beliau sering bermimpi berjumpa dengan Rasulullah saw.
Beliau pernah menyatakan: Aku bermimpi
melihat Rasulullah saw berada di lantai atas Universitas Al Azhar pada
tahun 825 H, lalu beliau meletakkan tangannya di dadaku dan bersabda:
“Wahai anakku, ghibah itu haram hukumnya. Tidakkah kau mendengar firman
Allah SWT : Janganlah sebagian kamu membicarakan keburukan (ghibah)
sebagian yang lain.” Sedangkan disampingku ada beberapa orang yang asyik
membicarakan keburukan orang. Kemudian beliau bersabda kepadaku: “Jika
kamu tak bisa menghindari untuk mendengar orang-orang berghibah, maka
bacalah surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Nas, lalu hadiahkanlah
pahalanya kepada orang yang dighibah atau dibicarakan keburukannya itu,
karena (mendengarkan) ghibah dan pahala dari bacaan tersebut berimbang.”
Beliau menyatakan bahwa suatu hari beliau terlibat perdebatan di
Universitas Al Azhar dengan seseorang atas pernyataan Qasidah Al Burdah
karya Imam Bushiri:
Famablaghul ilmi fihi annahu basyarun
Wa annahu khairu khalqillahi kullihimi
Puncak pengetahuan manusia tentangnya: ia adalah seorang manusia
Tetapi sesungguhnya ia adalah makhluk Allah yang terbaik.
Ia mengatakan kepadaku bahwa pernyataan ini tidak memiliki
argumentasi. Aku sanggah pernyataannya dan aku katakan bahwa itu telah
didasarkan pada ijma’ yang tak dapat dibantah. Tapi ia tetap tak mau
menerimanya. Lalu setelah itu aku bermimpi melihat Rasulullah saw
bersama Abu Bakar dan Umar sedang duduk di samping mimbar Universitas Al
Azhar. Beliau bersabda menyambutku: “Selamat datang kekasih kami.”
Kemudian beliau menoleh kepada para sahabatnya dan berkata: “Tahukah
kalian apa yang telah terjadi hari ini?” “Kami tidak tahu, wahai
Rasulullah,” jawab mereka. “Sesungguhnya si fulan yang celaka meyakini
bahwa para malaikat lebih utama dariku.” Mereka menyanggah dengan
serentak, “Itu tidak benar, wahai Rasulullah!” Lalu Nabi saw berkata
kepada mereka: “Kasihan keadaan si fulan yang celaka itu, ia sebenarnya
tidak hidup. Sekalipun hidup, ia hidup dalam keadaan ternista dan
terhina. Namanya yang terhina membuatnya sempit dalam kehidupan dunia
dan akhirat. Ia meyakini bahwa ijma’ tidak terjadi pada pengutamaanku di
atas semua makhluk. Tidakkah ia tahu, bahwa pengingkaran Mu’tazilah
kepada Ahlussunah tidak dapat merusak kredibilitas ijma’?
Beliau juga pernah berkata, “Aku bermimpi
melihat Rasulullah saw dan aku berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah,
Allah bershalawat sepuluh kali kepada orang yang membaca shalawat
untukmu satu kali. Apakah itu bagi orang yang menghadirkan hati
(khusyu’) dan perasaannya (ta’zhim)? Beliau menjawab: “Tidak. Itu
berlaku bagi orang yang membaca shalawat untukku dalam keadaan lalai.
Allah akan memberinya anugerah sebesar dan sebanyak gunung-gunung
tinggi, yaitu para malaikat akan berdoa dan memohonkan ampun untuknya.
Adapun kalau ia membacanya dengan menghadirkan hati (khusyu’) dan penuh
rasa hormat (ta’zhim), maka nilai pahala dari bacaan itu tidak bisa
dijabarkan kecuali oleh Allah.”
Beliau berkata lagi: “Aku bermimpi melihat Rasulullah saw. Beliau
bersabda kepadaku menjelaskan tentang diri beliau yang mulia: “Aku
tidaklah mati. Kematian hanyalah sebuah ungkapan bagi ketersembunyianku
dari orang yang tidak mendapatkan pemahaman dari Allah. Adapun bagi
orang yang telah mendapatkan pemahaman dari Allah, maka inilah aku: aku
bisa melihatnya dan ia bisa melihatku.”
Beliau menerangkan, “Siapa yang ingin
bermimpi Rasulullah saw, hendaklah ia memperbanyak bersalawat kepadanya
siang dan malam, bersama cintanya kepada para Imam yang shalih dan para
wali. Jika tidak begitu, maka pintu untuk masuk ke dalam mimpi itu akan
ditutup, karena mereka adalah pemimpin manusia, sementara itu Tuhan kita
akan murka karena kemurkaan mereka, demikian pula Rasulullah saw.”
(Afdhalish Shalawat Ala Sayyidis Saadat, Yusuf An-Nabhani).
11. Mimpi Ahmad Ibnul Jalla’ |
|
|
Abu Abdullah Ahmad bin Yahya Al Jalla’, asli
Baghdad dan pernah tinggal di Ramlah dan Damaskus. Ia termasuk tokoh
besar dari kalangan syeikh sufi di Syam. Ia berguru pada Abu Turab,
Dzunnun Al Mishri dan Abu Ubaid Al Bishri serta kepada ayahnya sendiri,
Yahya Al Jalla’.
Ia berkata, “Pada suatu ketika aku pergi mengembara melintasi gurun
dengan bekal yang seadanya. Sampai di kota Madinah, aku telah tidak
memiliki apa pun. Aku lalu mendekati makam Rasulullah SAW, lalu berkata,
‘Aku adalah tamu anda, wahai Rasulullah!’ Tiba-tiba aku dilanda kantuk
sehingga aku tertidur. Saat tertidur itu aku bermimpi bertemu nabi SAW
dan beliau memberiku roti. Roti itu kumakan separuhnya, selanjutnya aku
bangun. Ternyata separuh roti yang belum kumakan masih ada di tanganku.”
|
Ia adalah ulama hadits
yang bernama Abu Yusuf Ya’kub bin Sufyan Al Fasawi. Beliau pengarang
kitab At-Tarikh dan Al-Masyikhah yang wafat di tahun 277 H.
Diriwayatkan dari Muhammad bin Yazid Atthar, Aku
mendengar Ya’kub Al Fasawi berkata, “Aku banyak menyalin hadits di malam
hari. Karena kebutuhan makin banyak, dengan terburu-buru aku menulisnya
hingga larut malam sehingga mengakibatkan mataku berair dan tak dapat
melihat. Hal itu membuatku bersedih, karena hilangnya ilmu dariku dan
aku menjadi terasing dari sekitarku. Aku menangis hingga tertidur. Lalu
aku bertemu Rasulullah SAW dimana beliau memanggilku: ‘Wahai Ya’kub,
kenapa kamu menangis?’ Akumenjawab, “Ya Rasulullah, penglihatanku
hilang, sehingga aku sedih tak bisa menulis sunah-sunahmu lagi dan aku
terasing dari sekitarku.”
Beliau bersabda,
‘Mendekatlah padaku.’ Maka aku lalu mendekat kepadanya. Lalu beliau
mengusapkan tangannya di atas mataku seakan-akan membacakan atas
keduanya. Kemudian aku terbangun dan aku dapat melihat, lalu aku
mengambil tulisanku dan duduk di depan lampu untuk meneruskannya.”
(Tarikhul Islam).
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|